A.
Pengertian
Penyelenggaraan Makanan di Industri
Penyelenggaraan makanan industri mulai dikembangkan
di berbagai industri tekstil, bank, dan sebaginya. Pemberian makanan bagi
karyawan pabrik atau perusahaan sampai saat itu masih dikaitkan dengan
pemberian jaminan kesejahteraan. Penyelenggaraan makanan yang didasarkan atas
kebutuhan karyawan akan zat gizi agar memperoleh tingkat kesehatan yang optimal
yang memungkinkan tercapainya produktivitas kerja maksimal baru dilaksanakan
pada awal abad ke-20. Tujuan penyelenggaraan makanan pun berubah menjadi
meningkatkan produktivitas kerja yang berarti peningkatan produksi (Moehyi
1992).
Menurut Mukrie (1990), pelayanan gizi institusi atau
tenaga kerja adalah suatu bentuk penyelenggaraan makanan masal yang sasarannya
di pabrik, perusahaan atau perkantoran. Tujuan dari diadakannya penyelenggaraan
makanan bagi tenaga kerja ini adalah untuk mencapai tingkat kesehatan dan
stamina pekerja yang sebaik-baiknya, agar dapat diciptakan suasana kerja yang
memungkinkan tercapainya produktivitas kerja yang maksimal.
Faktor yang mendorong perkembangan penyelenggaraan
makanan industri menurut Mukrie (1990) adalah sebagai berikut:
1. Tumbuhnya
kesadaran dan keyakinan para pengusaha industri bahwa pelayanan makanan di
institusi tempat karyawan bekerja akan meningkatkan produktivitas kerja
karyawan;
2. Lokasi
tempat kerja yang jauh dari pemukiman dan berbagai hambatan transportasi tidak
memungkinkan karyawan pulang ke rumah untuk makan;
3. Berbagai
kemajuan sebagai hasil pembangunan telah membuka kesempatan bagi para wanita
untuk memperoleh pekerjaan di luar rumah. Terbatasnya waktu mereka dirumah
tidak memungkinkan mereka menyiapkan makanan di rumah.
B.
Karakteristik
Penyelengaraan Makanan di Industri
Pelayanan gizi institusi industri memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Standar
makanan yang disediakan diperhitungkan sesuai dengan beban kerja dan lama
pekerjaan, serta pertimbangan situasi kerja;
2. Waktu makan pada umumnya seperti waktu makan
di rumah, terutama makan siang atau makan sore, kadang kala ada makan pagi dan
makan malam. Semua makanan diberikan di ruang makan lengkap dengan air minum;
3. Pada
saat pabrik tidak berproduksi, yaitu pada hari libur maka pemberian makanan
ditiadakan atau diganti bahan lain;
4. Diperlukan
tenaga khusus yang mengelola serta melayani makanan di ruang makan;
5. Jumlah
yang dilayani harusnya tetap, atau sedikit sekali perubahan. Penyediaan untuk
tamu dilakukan tersendiri dan terpisah;
6. Macam hidangan sederhana, tidak banyak variasi
dan disajikan menurut kemampuan perusahaan, tanpa mengabaikan kebutuhan
konsumen;
7. Pelayanan dapat dilakukan dengan berbagai cara
dan paling banyak dilakukan adalah menggunakan tiket makanan bertanggal.
8. Frekuensi
makan berkisar 1-6 kali/hr dengan 1-3 kali makanan lengkap dan selebihnya
makanan selingan/minuman.
Penyelenggaraan
makanan tenaga kerja ini dikelola oleh pemilik sendiri secara penuh,
dikontrakkan dengan pemborong makanan, ataupun dikelola oleh serikat buruh
bersama perusahaan, kadang kegiatan pengelolaan penyediaan makanan ini
dimodifikasi dengan kombinasi cara-cara yang telah disebutkan (Mukrie 1990).
C.
Ciri-ciri
Penyelenggaraan Makanan di Industri
Penyelenggaraan makanan
di industri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Standar
makanan mempertimbangkan beban
2. Kerja,
lama kerja dan situasi kerja
3. Paling
penting adalah energy
4. Diharapkan
menyumbang 1/3 kebutuhan energy
5. Besar
sumbangan energi: 800-1100 Kal
6. Komposisi
dianjurkan:
·
60 % kabohidrat
·
30 % lemak
·
10 % protein
·
Vitamin, mineral dan air
7. Macam
hidangan sederhana , tidak banyak
8. Variasi,
sesuai kemampuan perusahaan
9. Sistem
pelayana/distribusi:
·
Prasmanan (dg kupon makan)
·
Satu (oleh pelayan)
·
Rantang/bungkus/boks
·
Kafetaria
10. Jika
disediakan di kantin:
·
Letak terpisah dari produksi, luas >
25 m2
·
Bergilir, kupon
·
Pekerja kantin: pakaian khusus, periksaan
kesehatan rutin, tidak carier penyakit
D.
Kelebihan
dan Kekurangan Penyelenggaraan Makanan di Industri
Adapun kelemahan dari penyelenggaraan makanan
institusi antara lain sebagai berikut:
1. Kualitas
bahan makanan yang digunakan sering tidak begitu baik karena keterbatasan alat;
2. Cita
rasa makanan kurang diperhatikan karena tidak ada resiko untung atau rugi;
3. Makanan
kurang bervariasi menyebabkan konsumen tidak berselera memakannya sehingga
terdapat sisa makanan dalam jumlah banyak;
4. Porsi
makanan konsumen tidak sesuai dengan kebutuhannya.
5. Dibutuhkan tenaga ahli untuk mengolah
makanan
6. Kualitas bahan makanan kurang baik
7. Jika terjadi kesalahan dalam
pengolahan atau terjadi keracunan akan menimbulkan kerugian dan bahaya yang
besar, karena makanan diperuntukkan untuk semua karyawan.
8. Perencanaan yang kurang baik akan
menyebabkan tidak maksimalnya penyelenggaraan makanan dalam institusi tersebut.
9. Tenaga pelaksana yang kurang
professional akan menghasilkan makanan yang tidak sesuai harapan.
Adapun
keuntungan dari penyelenggaraan
makanan bagi tenaga kerja antara lain:
1. Peningkatan kesejahteraan karyawan,
dengan makanan yang bergizi sehingga karyawan lebih sehat dan produktivitas
2. Penyediaan lapangan pekerjaan,
dengan adanya penyelenggaraan makanan dalam suatu institusi sehingga membuka
lapangan pekerjaan bagi ahli gizi dan tukang masak.
3. Lebih efektif bagi perusahaan,
dengan disediakannya makanan dalam perusahaan/ pabrik karyawan tidak perlu lagi
keluar mencari makanan. Sehingga lebih menghemat waktu.
E.
Tipe
Penyelenggaraan Makanan di Industri
Berdasarkan
Penggunaan Bahan Makanan
1. Konvensional
·
Konvensional
: semua dari bahan mentah dr pasar
·
Semi
konvensional : digunakan juga makanan dibeli dalam bentuk sudah jadi (kue, roti
dll)
2. Makanan Terpusat (Commissary Food
Service)
·
Produksi
secara massal di dapur pusat dengan peralatan otomatis dan peralatan canggih.
·
Kemudian
didistribusikan ke beberapa penyelenggara makanan institusi
·
Keadaan
makanan : panas, dingin atau beku
3. Dengan Bahan Siap Masak (Ready
Prepared)
·
Makanan
dimasak dan didinginkan atau dibekukan beberapa saat/hari sebelum disajikan
·
Menghindari
puncak kesibukan memasak
·
Dapat
disajikan sesuai jadwal
·
Butuh
freezer dan pendingin besar
·
Butuh
oven microwave untuk memanaskan
4. Dengan Makanan Olahan Siap
Dipanaskan (Assembly Serve System)
·
Dibeli
dlm bentuk makanan beku dari industri makanan
·
Disimpan
- dipanaskan dan siap disajikan
·
Butuh
freezer dan tempat penyimpanan dingin
Penyelenggaraan makanan di industri
termasuk kepada tipe makanan terpusat. Pada industri makanan di produksi secara
massal atau banyak, bisa dengan bantuan alat canggih atau dengan tenaga
manusia. Makanan dibuat di dapur pusat yang kemudian di distribusikan ke
institusi seperti di Industri.
F.
Sifat
Penyelenggaraan Makanan di Industri
Pada dasarnya penyelenggaraan makanan
institusi terdiri dari 2 macam yaitu:
1.
Penyelenggaraan makanan institusi
yang berorientasi pada keuntungan (bersifat komersial)
Penyelenggaraan makanan ini dilaksanakan untuk mendapat keuntungan
yang sebesar-besarnya. Bentuk usaha ini seperti restaurant, snack, bars,
cafeteria, catering. Usaha penyelenggaraan makanan ini tergantung pada
bagaimana menarik konsumen sebanyak-banyaknya dan manajemennya harus bisa
bersaing dengan penyelenggaraan makanan yang lain.
2.
Penyelenggaraan makanan
institusi yang berorientasi pelayanan (bersifat non komersil)
Penyelenggaraan makanan ini dilakukan oleh suatu instansi baik
dikelola pemerintah, badan swasta ataupun yayasan sosial yang tidak bertujuan
untuk mencari keuntungan. Bentuk penyelenggaraan ini biasanya berada didalam
satu tempat yaitu asrama, panti asuhan, rumah sakit, perusahaan, lembaga
kemasyarakatan, sekolah dan lain-lain. Frekuensi makan dalam penyelenggaraan
makanan yang bersifat non komersial ini 2-3 kali dengan atau tanpa selingan
(Moehyi, 1992).
Khususnya
pada penyelenggaraan makanan di industri ini lebih bersifat non komersial.
Karena pelayanannya bertujuan untuk melengkapi aktifitas
mencapai tujuan institusi baik itu dari pemerintah
maupun swasta. Keuntungan jarang dapat dicapai dengan jumlah besar. Jumlah
produksi pun lebih banyak dengan waktu yang lebih singkat.